Rencana pembangunan MRT di Jakarta sudah dirintis sejak 1985. 20 tahun kemudian, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa pembangunan MRT sebagai proyek nasional. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saling berbagi tanggung jawab, dibantu dana pinjaman dari Pemerintah Jepang. Setelah desainnya dikerjakan pada 2008-2009, tahap konstruksi MRT dimulai sejak Oktober 2013.
Pembangunan fase pertamanya sepanjang 16 kilometer dengan 13 stasiun, dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia. Enam kilometer di antaranya di bawah tanah (underground) yang melalui enam stasiun, yaitu Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia. Sedangkan sepuluh kilometer sisanya merupakan struktur layang (elevated) yang melewati tujuh stasiun, yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, serta ASEAN. Sementara depo kereta berdekatan dengan Stasiun Lebak Bulus.
Sehari-hari Moda Raya Terpadu dikelola PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) yang berdiri pada 17 Juni 2008. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) inilah yang merancang pembangunan koridor MRT Jakarta Utara-Selatan Fase 2 (Bundaran HI-Kota) dan koridor MRT Jakarta Timur-Barat Fase 3 (Kalideres-Cempaka Baru). Pembangunan MRT Fase 2 direncanakan pada 2020 dan ditargetkan selesai empat tahun kemudian.
Jalur Timur-Barat bakal meliputi wilayah DKI Jakarta, Banten, serta Jawa Barat. Khusus untuk wilayah DKI Jakarta akan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama dari Kalideres hingga Cempaka Baru sepanjang 20,1 kilometer dan tahap kedua dari Cempaka Baru hingga Ujung Menteng sepanjang 11,6 kilometer. Sedangkan tahap pertama terdiri dari dua jalur, yakni jalur layang dari Kalideres sampai Grogol sepanjang sebelas kilometer serta jalur bawah tanah dari Grogol sampai Cempaka Baru sepanjang sembilan kilometer. Sementara itu, tahap kedua seluruhnya adalah jalur layang.
PT MRT Jakarta menargetkan, jumlah penumpang harian mencapai 100.000 orang pada akhir 2019. Hingga Juli 2019, jumlah rata-rata pengguna MRT Jakarta mencapai 94.824 orang per hari, naik 15,9 persen dari bulan sebelumnya. Ketepatan waktu kedatangan, waktu tempuh, serta waktu berhenti kereta di stasiun MRT mencapai 100 persen dari total 6.159 perjalanan kereta.
Setelah memasuki stasiun MRT, penumpang dapat membeli Single Trip Ticket (STT) atau Multi Trip Ticket (MTT) melalui loket maupun Ticket Vending Machine (TVM). Sesudah memiliki tiket MRT, penumpang menempelkan tiket (tap in) di gerbang masuk. Lalu penumpang antre di belakang garis aman. Begitu kereta datang, dahulukan penumpang turun, sebelum menaiki Ratangga. Sesampai di stasiun tujuan, penumpang menempelkan tiket (tap out) di gerbang keluar.
Dinas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan Bidang perhubungan.